Toko Online Saya

dapatkan $10 GRATISS dan $$$$$ selanjutnya, dibayar automatis tiap bulan

Rabu, 10 September 2008

Orang miskin juga bisa naik kereta eksekutif

Ini kisah pribadi saya,
Beberapa waktu yang lalu awal bulan agustus 2008, saya ditelpon teman saya (yang sudah menganggap saya seperti adik sendiri) untuk membantunya di Makassar (Ujungpandang) belajar tentang photoshop, tapi sebelum berangkat ke Makassar, saya diharuskan berangkat ke Bandung.

Karena pada bulan ini pendapatan saya memang sangat minim, bahkan jauh dari pendapatan bulan sebelumnya, belum lagi berbagai iuran 17-an dan biaya sekolah anakku yang pertama, walaupun kecil tapi rasanya bulan ini sangat berat.

Teman saya yang baik hati (memang pada dasarnya memang orang yang baik) saya dijanjikan akan dikirim sejumlah uang untuk beli tiket Surabaya-Bandung PP dan Tiket pesawat ke Makassar plus uang saku dan tinggalan untuk yang dirumah.

Pada hari "H" keberangkatan ternyata uang yang dijanjkan belum dikirimkan, wah bagaimana ini saya jadi mumet, padahal semua jadwal saya, pesanan yang masuk saya batalkan agar tidak mengganggu jadwal saya ke Makassar. Siang itu, 25 Agustus 2008 saya telpon (karena sesama operator jadi murah) dan katanya masing dalam perjalanan ke bank.

Saya sampaikan kalau terlambat transfer, saya bisa terlambat beli tiket kereta bisnis (Surabaya-Bandung Rp. 130.000,-), tapi kata temanku beli saja yang eksekutif tidak masalah lebih mahal (dalam hatiku, kalau bisa yang lebih murahkan bisa nambah uang saku)

Akhirnya setelah dapat transfer saya langsung berangkat ke Bungurasih (kebetulan ada rumah mertua di sana). setelah tanya kesana kemari ternyata ada travel yang menawarkan tiket pesawat dengan harga yang paling murah, untuk Surabaya-Makassar hanya Rp. 790.000,- padahal ditempat lain ada yang agak mahal bahkan lebih mahal lagi.

Dengan mantap saya pesan ke travel Daru Purwita (kalau tidak salah namanya--sesuai stempel di karcisnya) yang lokasinya di ujung jalan masuk Ramayana Bungurasih atau tepat di berseberangan dengan supermarket Dea Wijaya. Ketika saya masuk ada 2 pegawainya perempuan dan laki-laki, trus saya pesan tiket untuk hari jum'at, 29 Agustus 2008 yang berangkat sore. Setelah ngobrol panjang lebar danmenjelaskan kondisi saya bahwa saya setelah ini harus ke stasiun gubeng untuk beli tiket dan langsung berangkat ke Bandung, maka saya disuruh menunggu untuk dibuatkan tiketnya.

Setelah menunggu cukup lama sekitar 1 jam lebih akhirnya saya dibuatkan tiket dengan tulisan tangan dan dijelaskan bahwa pesawatnya adalah Lion Air berangkat jam 6.20 dan ketika saya cek tiketnya memang semua sudah benar dari nama sampai jam berangkatnya tertulis 6.20

Setelah beli tiket pesawat saya pulang ke rumah mertua sholat ashar kemudian berangkat naik angkutan kota 2 kali oper dan sampai di stasiun Gubeng pukul 17.00 yang artinya sudah terlambat untuk naik kereta bisnis, tidak ada pilihan lain saya harus naik kereta eksekutif.

Sebelum naik, kereta saya pastikan isi kantong dulu, ternyata hanya ada sisa uang sekitar Rp. 20.000,- dan untuk beli air minum mineral di stasiun tersisa Rp. 16.000,- artinya saya harus ambil uang di ATM dan ternyata fasilitas ATM Mandiri belum ada di stasiun jadinya ya tidak jadi ambil dengan harapan setibanya di Stasiun Bandung ada ATM Mandiri.

Naik kereta api Eksekutif (Turangga) tidak senyaman bayangan saya, saat pertama naik memang berbeda, tapi ketika sudah duduk, ternyata saya tidak terbiasa dengan bangku yang sangat empuk tapi gerak terus. Jarak antara kursi yang kurang jauh membuat kaki saya tidak bisa rileks atau selonjor berbeda dengan kereta ekonomi atau bisnis kaki bisa selonjor karena ada kolong kursinya.

Sesaat setelah perjalanan dimulai kami mulai didatangi beberapa pramugari dengan cekatan membagikan makan malam jatah kami, dengan tempat yang tidak terlalu besarkami dapat nasi 1 entong, ada sayurnya, lauk ayam, pisang, krawu, dan air kemasan gelas. Walaupun tidak terlalu mengenyangkan tapi saya bersyukur sudah makan.

Semakin malam ada saja petugas KA yang menawarkan berbagai macam makanan, meskipun masih lapar saya tidak berani pesan mengingat uang dikantong hanya sedikit. Tidak lama kemudian semua penumpang dibagikan selimut gratis untuk persiapan malam yang dingin.

Betapa dinginnya naik kereta Turangga, karena ada AC ditambah suhu luar yang juga dingin, ketika semakin malam semakin dingin saya putuskan ke WC untuk buang air kecil dan sekalian ambil air untuk sholat, setelah tiba di WC-nya kereta Turangga saya sangat takjub melihat WC kereta orang berduit yang kondisinya tiak jauh beda dengan WC kereta kelas bisnis bahkan bau pesingnya sama dengan kereta kelas ekonomi.

Mata semakin mengantuk, tetapi saya tetap sulit tidur mengingat suhu ruang yang sangt dingin, sampai saya berpikir, mungkin para penumpang memang sedang diawetkan. Bahkan ketika semua badanku sampai kaki tertutup selimut rasa dingin itu masih sangat terasa. Bisa dibayangkan pada tengah malam dengan memakai jaket dan selimut masih kedinginan. Harusnya tiap gerbong ada pengaturan suhu, sehingga jika mencapai suhu yang tidak nyaman maka suhu akan naik atau turun atau ada petugas yang mengatur suhu agar penumpang bisa nyaman.

Akhirnya sekitar jam 4 pagi saya mau ke WC untuk wudhu sekalian buang air kecil, tapi kok ada mbak-mbak yang mendahului, setelah si mbak selesai saya tidak masuk dulu karena baunya pasti masih nggelibet. setelah agak lama baru saya buka pintu WC, dan semakin terpesonanya saya melihat begitu kuningnya air yang tergenang di lantai WC, tapi sebagai orang yang baik saya coba bantu untuk buang air kuning tadi dengan membuka kran WC dan ternyata benar yang keluar adalh air yang setetes, tes, tes, tes. Waduh... benar saja airnya sudah habis. so ??????

Kontan saja saya langsung hengkang cari di gerbong lain yang Alhamdulillah airnya masih tersedia, dan kepada teman satu bangku saya beritahu WC mana yang layak direkomendasikan dan yang tidak.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6.00 wib dan kereta kok masih belum masuk kota ya? oh ternyata sekarang dengan kereta berangkat lebih awal 1 jam sampainya juga lebih lambat, tidak pengalaman beberapa tahun lalu ketika saya diajak naik kereta bisnis ke bandung dan sampai di Bandung hari masih pagi sekali.

(bersambung ke Sepertiga hari di Bandung)

Tidak ada komentar: